Pages

Minggu, 15 September 2019

ETIKA DAN ESTETIKA DALAM PERTUNJUKAN WAYANG



      Pada Hari Sabtu 14 September 2019, Saya dan Teman-teman menyaksikan pertunjukkan Wayang Kulit di Museum Sonobudoyo sebagai tugas dari Mata Kuliah Filsafat Ilmu. Pertunjukan Wayang Kulit di Museum Sonobudoyo diselenggarakan setiap hari kecuali pada hari Minggu. Pertunjukkan dimulai pukul 20.00 sampai 22.00 WIB. Tema kali ini adalah PRAHASTA GUGUR.




    Prahasta adalah seorang tokoh dalam wiracarita Ramayana yang dikenal sebagai paman Rahwana sekaligus pembesar Kerajaan Alengka. Ia merupakan tokoh bijaksana yang sering memberikan nasihat-nasihat berharga kepada Rahwana.
Prahasta

             
     
     Para ksatria Alengkadiraja berguguran. Sarpakenaka telah gugur, Indrajit juga telah gugur. Sekarang Prabu Dasamuka memerintahkan Patih Prahasta maju ke medan laga. Patih Prahasta, sebelumnya meminta agar Rahwana mengembalikan Dewi Sinta pada Prabu Ramawijaya, sebelum Alengkadiraja hancur menjadi abu, demi mempertahankan seorang wanita yang bukan menjadi haknya.
              Saat pasukan Wanara di bawah pimpinan Ramawijaya menggempur kota Alengka, Rahwana teringat akan pusaka yang mampu membunuh semua wanara. Rahwana lalu naik ke Khayangan untuk menemui kakaknya yaitu Prabu Danapati yang sudah bergelar Bathara Kuwera, dewa kekayaan. Bathara Kuwera mendapat tugas dari Bathara Guru untuk menjaga bunga pusaka yang bernama Sekar Dewa Retna, yang menjadi kunci kekalahan bangsa Wanara yang saat itu mendukung Prabu Ramawijaya, raja Pancawati.
        Rahwana ingin mengambil Sekar Dewa Retna namun dicegah oleh Bathara Kuwera. Setelah melalui duel seru akhirnya Rahwana berhasil merebut Sekar Dewa Retna. Setelah mendapatkan senjata pamungkas tersebut, Rahwana menyuruh Patih Prahasta mundur untuk menjaga Sekar Dewa Retna. Bathara Kuwera hanya bisa mengambil seekor kumbang yang menghuni jambangan bunga pusaka tersebut. Ia mencipta kumbang itu menjadi seekor Wanara bernama Kapi PramujabahuKapi Pramujabahu kemudian turun ke dunia untuk meminta restu Prabu Ramawijaya agar berhasil merebut kembali Sekar Dewa Retna. Setelah itu ia pun menyusup ke dalam gudang senjata di dalam istana Alengkadiraja tempat Rahwana menyimpan bunga tersebut.

Kapi Pramujabahu

            Patih Prahasta yang ditugasi Rahwana menjaga Sekar Dewa Retna berhasil diperdaya oleh Sirep yang dikeluarkan Pramujabahu sehingga sempat tertidur sejenak. Ketika ia bangun, Sekar Dewa Retna telah hilang dicuri PramujabahuRahwana marah besar atas kelalaian PrahastaPrahasta pun berangkat mengejar Pramujabahu. Di tengah jalan ia harus bertempur kembali untuk menghadapi barisan prajurit Wanara yang dipimpin olehAnila. Anila adalah petinggi militer dalam pemerintahan Prabu Sugriwa, raja Guwa Kiskendha.
 
Anila
              Dalam pertempuran itu, Anila terdesak oleh Prahasta. Banyak prajuritnya yang tewas di tangan raksasa tua tersebut. Anila sendiri sudah kehabisan tenaga dan memilih melarikan diri menghindari amukan Prahasta. Di pinggir laut dekat perbatasan Alengkadiraja, Anilamenjumpai tugu besar, tiba-tiba saja Anila seperti mendapat kekuatan yang sangat besar, kemudian mencabut tugu tersebut dan menggunakannya untuk memukul kepala Prahasta. Prahasta tewas dengan tubuh hancur.  Tugu yang diangkat Anila dan digunakannya untuk membunuh Prahasta tersebut, berubah menjadi seorang bidadari bernama Dewi Indradi, yang tidak lain adalah ibu kandung SubaliSugriwa & Dewi Anjani & istri Resi Gotama yang telah mengutuknya menjadi tugu karena berselingkuh dengan Bathara Surya, dewa matahari. Kematian Prahasta oleh pukulan Anila telah membuat Indradi terbebas dari kutukan suaminya dan sekarang dengan tenang menuju Khayangan Kahendran.



         Ada nilai etika dan estetika didalam pertunjukan wayang. Etika adalah sesuatu yang berhubungan dengan norma dalam suatu masyarakat, norma itu ada yang baik dan buruk. Jadi baik dan buruk itu bersifat universal. Sedangkan estetika adalah sesuatu yang berhubungan dengan keindahan. Jadi estetika sendiri berifat subyektif, sehingga tidak bisa dipaksakan. Wayang merupakan cerminan kehidupan manusia. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa wayang menceritakan tentang realitas nilai-nilai kehidupan manusia. Etika yang ada di dalam wayang yaitu mengenalkan norma-norma atau aturan yang ada di dalam kehidupan manusia. Mengajarkan norma-norma kebaikan dan budi pekerti.

        Estetika dalam wayang adalah seni. Bentuk wayang kulit sendiri terbuat dari kulit hewan dan ukiran-ukurannya pun secara detail menurut tokoh dan wataknya. Semua bagian yang ada dalam pertunjukkan wayang juga ada filosofinya, dimana wayang melambangkan manusia, kemudian gunungan menggambarkan kehidupan, kelir melambangkan langit sedangkan debog pisang melambangkan bumi. Semua memiliki arti dan nilai. Etika dan Estetika dalam kebudayaan diperlukan untuk menjaga kebaikan, kejujuran, sopan santun dan keindahan. 





Tidak ada komentar:

Posting Komentar