Pada Hari Sabtu 14
September 2019, Saya dan Teman-teman menyaksikan pertunjukkan Wayang Kulit di
Museum Sonobudoyo sebagai tugas dari Mata Kuliah Filsafat Ilmu. Pertunjukan Wayang
Kulit di Museum Sonobudoyo diselenggarakan setiap hari kecuali pada hari Minggu.
Pertunjukkan dimulai pukul 20.00 sampai 22.00 WIB. Tema kali ini adalah
PRAHASTA GUGUR.
Prahasta
adalah seorang tokoh dalam wiracarita Ramayana yang dikenal
sebagai paman Rahwana sekaligus pembesar Kerajaan Alengka. Ia merupakan tokoh bijaksana yang sering memberikan
nasihat-nasihat berharga kepada Rahwana.
Prahasta |
Para ksatria Alengkadiraja berguguran. Sarpakenaka telah gugur, Indrajit juga telah gugur. Sekarang Prabu Dasamuka memerintahkan Patih Prahasta maju ke medan laga. Patih Prahasta, sebelumnya meminta agar Rahwana mengembalikan Dewi Sinta pada Prabu Ramawijaya, sebelum Alengkadiraja hancur menjadi abu, demi mempertahankan seorang wanita yang bukan menjadi haknya.
Saat
pasukan Wanara di bawah pimpinan Ramawijaya
menggempur kota Alengka, Rahwana teringat akan pusaka yang mampu membunuh semua wanara.
Rahwana lalu naik ke Khayangan untuk menemui kakaknya yaitu Prabu Danapati yang
sudah bergelar Bathara
Kuwera, dewa kekayaan. Bathara Kuwera mendapat
tugas dari Bathara
Guru untuk menjaga bunga pusaka yang bernama Sekar Dewa
Retna, yang menjadi kunci kekalahan bangsa Wanara yang saat itu mendukung Prabu Ramawijaya,
raja Pancawati.
Rahwana ingin
mengambil Sekar
Dewa Retna namun dicegah oleh Bathara Kuwera. Setelah
melalui duel seru akhirnya Rahwana berhasil
merebut Sekar
Dewa Retna. Setelah mendapatkan senjata pamungkas tersebut,
Rahwana menyuruh Patih Prahasta mundur untuk menjaga Sekar Dewa Retna. Bathara Kuwera hanya
bisa mengambil seekor kumbang yang menghuni jambangan bunga pusaka tersebut. Ia
mencipta kumbang itu menjadi seekor Wanara bernama Kapi Pramujabahu. Kapi Pramujabahu kemudian
turun ke dunia untuk meminta restu Prabu
Ramawijaya agar berhasil merebut kembali Sekar Dewa Retna.
Setelah itu ia pun menyusup ke dalam gudang senjata di dalam istana
Alengkadiraja tempat Rahwana menyimpan bunga tersebut.
Kapi Pramujabahu |
Patih
Prahasta yang ditugasi Rahwana menjaga Sekar Dewa Retna berhasil
diperdaya oleh Sirep yang
dikeluarkan Pramujabahu sehingga
sempat tertidur sejenak. Ketika ia bangun, Sekar Dewa Retna telah hilang
dicuri Pramujabahu. Rahwana marah
besar atas kelalaian Prahasta. Prahasta pun
berangkat mengejar Pramujabahu. Di tengah jalan ia harus bertempur kembali
untuk menghadapi barisan prajurit Wanara yang dipimpin olehAnila.
Anila adalah petinggi militer dalam pemerintahan Prabu Sugriwa,
raja Guwa Kiskendha.
Dalam pertempuran itu, Anila terdesak
oleh Prahasta.
Banyak prajuritnya yang tewas di tangan raksasa tua tersebut. Anila sendiri
sudah kehabisan tenaga dan memilih melarikan diri menghindari amukan Prahasta.
Di pinggir laut dekat perbatasan Alengkadiraja, Anilamenjumpai
tugu besar, tiba-tiba saja Anila seperti
mendapat kekuatan yang sangat besar, kemudian mencabut tugu tersebut dan
menggunakannya untuk memukul kepala Prahasta. Prahasta tewas dengan tubuh
hancur. Tugu yang diangkat Anila dan digunakannya
untuk membunuh Prahasta tersebut, berubah menjadi seorang bidadari
bernama Dewi
Indradi, yang tidak lain adalah ibu kandung Subali, Sugriwa & Dewi Anjani &
istri Resi
Gotama yang telah mengutuknya menjadi tugu karena
berselingkuh dengan Bathara
Surya, dewa matahari. Kematian Prahasta oleh pukulan Anila
telah membuat Indradi terbebas dari kutukan suaminya dan sekarang dengan tenang
menuju Khayangan
Kahendran.
Ada nilai etika dan estetika didalam pertunjukan wayang. Etika
adalah sesuatu yang berhubungan dengan norma dalam suatu masyarakat, norma itu
ada yang baik dan buruk. Jadi baik dan buruk itu bersifat universal. Sedangkan
estetika adalah sesuatu yang berhubungan dengan keindahan. Jadi estetika
sendiri berifat subyektif, sehingga tidak bisa dipaksakan. Wayang merupakan cerminan
kehidupan manusia. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa wayang menceritakan
tentang realitas nilai-nilai kehidupan manusia. Etika yang ada di dalam wayang
yaitu mengenalkan norma-norma atau aturan yang ada di dalam kehidupan manusia.
Mengajarkan norma-norma kebaikan dan budi pekerti.
Estetika dalam wayang adalah seni. Bentuk wayang kulit sendiri terbuat dari kulit hewan dan ukiran-ukurannya pun secara detail menurut tokoh dan wataknya. Semua bagian yang ada dalam pertunjukkan wayang juga ada filosofinya, dimana wayang melambangkan manusia, kemudian gunungan menggambarkan kehidupan, kelir melambangkan langit sedangkan debog pisang melambangkan bumi. Semua memiliki arti dan nilai. Etika dan Estetika dalam kebudayaan diperlukan untuk menjaga kebaikan, kejujuran, sopan santun dan keindahan.
Estetika dalam wayang adalah seni. Bentuk wayang kulit sendiri terbuat dari kulit hewan dan ukiran-ukurannya pun secara detail menurut tokoh dan wataknya. Semua bagian yang ada dalam pertunjukkan wayang juga ada filosofinya, dimana wayang melambangkan manusia, kemudian gunungan menggambarkan kehidupan, kelir melambangkan langit sedangkan debog pisang melambangkan bumi. Semua memiliki arti dan nilai. Etika dan Estetika dalam kebudayaan diperlukan untuk menjaga kebaikan, kejujuran, sopan santun dan keindahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar